Jumat, 06 Desember 2019

Alibi di puncak putri


Pernahkah kamu merasa bosan dengan hidupmu, menjalani rutinitas hidup yang kadang tidak  seperti yang diharapkan. Rasa penat yang menghujam seperti memaksa jiwamu untuk mendobrak kebebasan.
Siapa bilang menjalani rutinitas sebagai mahasiswa sekaligus pekerja adalah mudah? Kamu bahkan sulit menikmati hidupmu sendiri, dan itulah perseteruan yang selalu memoar dalam jiwa, entah hidup seperti apa yang kamu harapkan.
Sleep addicts begitu grup kami terbentuk, jelas ini bukan sebuah kebetulan kami adalah para manusia yang selalu mengantuk saat perkuliahan berlangsung, yang memprioritaskan mimpi namun kenyataanya mimpi tak menjadi prioritas, kami terjebak dalam rutinitas yang sama.

Desember 2018, akhirnya kami memutuskan untuk sedikit keluar dari zona nyaman. Dibatas kesibukan yang  mencuri jasad kami, ku bilang ku ingin melihat dunia dan seseorang memberi kami celah untuk menikmati dunia dengan cara sederhana.

Petualangan kami dimulai saat fajar menyingsing dan jingga sudah berganti biru dihiasi awan yang berarak membawa rintik-rintik air. “Gunung putri” adalah tujuan kami. Sebuah dataran tinggi di tanah subur Lembang, Bandung.

Kami menapaki jalan setepak yang dibangun warga sekitar, ini adalah jalan rahasia kenapa tidak, jika kami bisa masuk dengan Cuma-Cuma. Sepanjang jalan semilir angin meneduhkan jiwa kami yang haus akan kebebasan, warna semesta membuat kami terpana, ada pujian yang kadang terlupakan untuk Sang Pencipta. Sungguh bagiku alam adalah tempat pelarian terbaik.
Berjuang dalam lelah untuk mencapai sebuah tujuan, mungkin ini filosisofi pendaki tentang arti hidup, ini bukan pendakian yang sesungguhnya ini hanya sebuah alibi atas rindu yang memuncak dari semesta. Sesekali kami hampir tersesat lalu tertawa. sungguh ini menyenangkan aku bahkan bisa menjadi diriku sendiri saat bersama orang asing dalam hubungan persahabatan.



Tiba dipuncak, kami berada sekian ratus meter di bawah permukaan laut, ternyata melakukan pendakian seperti ini membuat kami sadar betapa kecilnya manusia, dan kehidupannya, kami mulai berbicara tentang mimpi. Lalu terbias sebuah pertanyaan dalam diriku “apa itu kehidupan. ?”
Seseorang pernah bilang hidup adalah sebuah perjalanan, itu kalimat sederhana namun sarat akan makna, aku memandangi dunia kecilku diatas ketinggian, sesekali memandangi orang-orang disekelilingi, dan mulai berdiskusi dengan hati perjalanan seperti apakah yang membuat seseorang hidup ?
sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, kapal yang berlayar dilaut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu dengan itu dihidupkannya bumi setelah mati ( kering) dan Dia tebarkan didalanya bermacam-macan binatang, dan perkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh, merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mengerti. (Q.S Al-Baqarah : 164)
Dan yah, bagiku setiap petualangan haruslah menemukan titik temu, bukan puncak yang menjadi tujuannya namun hikmah dan pembelajaran yang melahirkan kita menjadi pribadi yang dewasa adalah tujuannya. Dan disini kudapati makna sebuah perjalanan adalah tentang kembali, dan kembali yang hakiki adalah tentang DIA.

5 komentar:

Menapaki Bisyarah Rasulullah antara Konstantinopel dan Roma

Apa itu Bisyarah? Bisyarah adalah Janji Allah yang diturunkan kepada ummatnya berupa kabar gembira yang disampaikan melalui Al-Qur’an maupun...