Sabtu, 14 Desember 2019

Sepenggal episode


 Apa kabar jejak masa lalu?

10 tahun silam, ini adalah tempat kita berpetualang, tempat kita pertama kali menyusuri dunia kecil yang menyenangkan, tidak ada beban kita hanya tau cara bermain dan tertawa, tak banyak yang berubah kecuali kenangan yang tertinggal disana.

Kini usia kita sudah melampaui kepala dua, banyak kisah yang datang dan pergi silih berganti dan kita adalah bagian cerita yang selalu berlabuh dalam riuhnya rindu. Dulu aku adalah anak yang tak tau tentang dunia, tapi kini dunia ada dalam genggaman mimpiku.

Ini tentang kisah kita, ku fikir masa-masa itu adalah masa terbaik dalam hidupku, seragam putih merah adalah seragam pertama yang ku kenakan saat pertama kali mengenal dunia. Takut jelas, aku bahkan hampir menangis dihari pertamaku masuk sekolah.

Saat itu kita bersekolah di SDN Cikalapa, nama SD yang diambil dari nama kampung tempatnya berdiri yakni, kampung Cikalapa tepatnya Desa Rajamandala Kab. Bandung Barat. Sekolah itu tidak besar tapi layak untuk kita mengenyam pendidikan, itu adalah tempat pertama kita mengenal dunia, mengenal ilmu pengetahuan, bersosialisi, dan pertemanan.
SDN CIKALAPA 2010

Sekolah kita adalah tempat yang menyenangkan, kita belajar dengan guru-guru yang luar bisa, mereka selalu mengajar dengan hati hingga ilmu yang mereka ajarkan amat terasa untuk kita saat ini. Sebelumnya terimakasih untuk semua guru-guruku, yang mengajar tanpa pamrih seberapa besar usaha kita untuk membalas tak akan ada yang mampu membalas jasa-jasa mereka.

Kembali ke kisah masa lalu, Selain sekolah dasar tempat terbaik untuk kita mengenal dunia adalah persawahan desa cikalapa, tempat yang masih asri, indah, dan semoga akan selalu demikian, tempat itu adalah tempat pertama kalinya aku mengerti akan arti hidup, arti persahabatan dan cinta.

Setiap pulang sekolah kita tak pernah absen berpetualang disana, saat itu aku memiliki 8 orang sahabat, 3 orang laki-laki dan 5 orang perempuan,sebut saja kami kepompong, karena pada saat itu sedang populernya lagu dan film sahabat bagai kepompong. Saung Bodas adalah tempat yang selalu menjadi markas kita berkumpul, setiap hari kita tak  pernah bosan mengelilingi dunia kecil itu.

Tanahnya yang subur, air yang masih jernih, serta dikelilingi oleh gunung-gunug yang indah membuat kita betah berlama-lama disana, aku ingat kita pernah mencuri metimun milik warga yang ditanam disana, tempatnya dekat dengan mata air yang jernih yang bahkan kita bisa meminumnya secara langsung kita sebut itu curug ciladur.

Kitapun sering mengacak-ngacak lahan sawah warga hanya untuk mencari tutut/keong sawah untuk kita santap. Sungguh itu adalah kenakalan-kenakalan kita yang menyenangkan, kita selalu mengakhiri petualangan kita setelah kumandang adzan asar terdengar dari masjid kecil tak jauh dari sana, hari-hari kita hanya terisi dengan bermain, berpetualang dan tertawa.

Sayangnya saat itu tak ada gadget atau apapun yang bisa digunakan untuk mengabadikan setiap moment yang kita lalui. Namun otak yang Tuhan ciptakan adalah tempat terbaik untuk menyimpan setiap moment dalam hidup manusia.

6 tahun berjalan tanpa terasa, tibalah waktu kita harus menempuh jalan masing-masing. Setelah dinyatakan lulus dari sekolah dasar beberapa dari kita memilih melanjutkan sekolah ditempat yang berbeda, beberapa yang lain akhirnya hilang dalam dunia yang baru.

Kitapun berpisah mengejar mimpi masing-masing, namun kita tak pernah benar-benar berpisah, sampai kapanpun jejak kenangan kita akan selalu ada tempat itu.

Ini adalah sepenggal episode hidup yang menyenangkan, sejarah yang mengubah arahan langkah dihidup kita, Kini kita akan berpertualang sejauh mungkin, menemukan orang-orang baru, tempat-tempat baru, dan lembaran cerita yang baru.


“hidup adalah tentang bagaimana mensyukuri kenangan dimasalalu. Dan kenangan adalah sejarah yang membentuk mimpi kita hari ini”

Alumni sdn cikalapa tahun 2010




Jumat, 06 Desember 2019

Alibi di puncak putri


Pernahkah kamu merasa bosan dengan hidupmu, menjalani rutinitas hidup yang kadang tidak  seperti yang diharapkan. Rasa penat yang menghujam seperti memaksa jiwamu untuk mendobrak kebebasan.
Siapa bilang menjalani rutinitas sebagai mahasiswa sekaligus pekerja adalah mudah? Kamu bahkan sulit menikmati hidupmu sendiri, dan itulah perseteruan yang selalu memoar dalam jiwa, entah hidup seperti apa yang kamu harapkan.
Sleep addicts begitu grup kami terbentuk, jelas ini bukan sebuah kebetulan kami adalah para manusia yang selalu mengantuk saat perkuliahan berlangsung, yang memprioritaskan mimpi namun kenyataanya mimpi tak menjadi prioritas, kami terjebak dalam rutinitas yang sama.

Desember 2018, akhirnya kami memutuskan untuk sedikit keluar dari zona nyaman. Dibatas kesibukan yang  mencuri jasad kami, ku bilang ku ingin melihat dunia dan seseorang memberi kami celah untuk menikmati dunia dengan cara sederhana.

Petualangan kami dimulai saat fajar menyingsing dan jingga sudah berganti biru dihiasi awan yang berarak membawa rintik-rintik air. “Gunung putri” adalah tujuan kami. Sebuah dataran tinggi di tanah subur Lembang, Bandung.

Kami menapaki jalan setepak yang dibangun warga sekitar, ini adalah jalan rahasia kenapa tidak, jika kami bisa masuk dengan Cuma-Cuma. Sepanjang jalan semilir angin meneduhkan jiwa kami yang haus akan kebebasan, warna semesta membuat kami terpana, ada pujian yang kadang terlupakan untuk Sang Pencipta. Sungguh bagiku alam adalah tempat pelarian terbaik.
Berjuang dalam lelah untuk mencapai sebuah tujuan, mungkin ini filosisofi pendaki tentang arti hidup, ini bukan pendakian yang sesungguhnya ini hanya sebuah alibi atas rindu yang memuncak dari semesta. Sesekali kami hampir tersesat lalu tertawa. sungguh ini menyenangkan aku bahkan bisa menjadi diriku sendiri saat bersama orang asing dalam hubungan persahabatan.



Tiba dipuncak, kami berada sekian ratus meter di bawah permukaan laut, ternyata melakukan pendakian seperti ini membuat kami sadar betapa kecilnya manusia, dan kehidupannya, kami mulai berbicara tentang mimpi. Lalu terbias sebuah pertanyaan dalam diriku “apa itu kehidupan. ?”
Seseorang pernah bilang hidup adalah sebuah perjalanan, itu kalimat sederhana namun sarat akan makna, aku memandangi dunia kecilku diatas ketinggian, sesekali memandangi orang-orang disekelilingi, dan mulai berdiskusi dengan hati perjalanan seperti apakah yang membuat seseorang hidup ?
sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, kapal yang berlayar dilaut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu dengan itu dihidupkannya bumi setelah mati ( kering) dan Dia tebarkan didalanya bermacam-macan binatang, dan perkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh, merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mengerti. (Q.S Al-Baqarah : 164)
Dan yah, bagiku setiap petualangan haruslah menemukan titik temu, bukan puncak yang menjadi tujuannya namun hikmah dan pembelajaran yang melahirkan kita menjadi pribadi yang dewasa adalah tujuannya. Dan disini kudapati makna sebuah perjalanan adalah tentang kembali, dan kembali yang hakiki adalah tentang DIA.

Menapaki Bisyarah Rasulullah antara Konstantinopel dan Roma

Apa itu Bisyarah? Bisyarah adalah Janji Allah yang diturunkan kepada ummatnya berupa kabar gembira yang disampaikan melalui Al-Qur’an maupun...